" Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku dan telah Ku redai Islam itu jadi agama bagimu" - (Surah Al-Maidah : 3)
Bila kita ingin memuliakan nabi, kita mesti mengikut jalan yang telah ditentukan oleh nabi Nuhammad SAW, dengan tidak melakukan perbuatan bid'ah dan tidak menyerupai orang-orang kafir. Tetapi bagaimana syar'iat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam memuliakan nabi Muhammad SAW.
1. Memuliakan Nabi Muhammad SAW adalah dengan mengikuti sunnahnya: "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu..." (QS. Ali 'Imran: 31)
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..." (QS. Al-Ahzab :21)
2. Memuliakan Rasul dengan cara berpegang teguh dengan ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi SAW:
"Telah kutinggalkan kepada kalian dua pusaka yang bila kalian berpegang teguh kepada keduanya kalian tidak akan tersesat sesudahku selamanya iaitu kitabullah dan Sunnahku."(HR. Malik dan Al-Hakim)
3. Memuliakan Rasul dengan cara membaca shalawat di setiap waktu, bukan hanya di hari Maulid(12 Rabiulawal) sahaja, sebab firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah memberi rahmat dan Malaikat-malaikatnya memohonkan ampunan untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam Penghormatan kepadanya"
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim daripada Abu Humaid As-Saidi r.a katanya: "Para Sahabat berkata: Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya untuk kami ucapkan selawat untukmu?" Baginda bersabda: Bacalah:
Perhatikanlah tindakan sahabat-sahabat yang mulia ini, mereka tidak menentukan sendiri cara untuk melakkuan shalawat terhadap nabi SAW melainkan mereka menanyakan pada beliau terlebih dahulu kerana ada rasa kekhuatiran terjerumus dalam perbuatan bid'ah.
Nash-nash syara' menjelaskan pada kita bahawa melakukan shalawat pada nabi dilakukan setiap kali mendengar nama Nabi SAW, sabdanya:
"Orang yang kikir adalah orang yang ketika disebut namaku disisinya lalu tidak membaca shalawat atas diriku." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasai dll)
"Bacalah shalawat atas diriku dimana saja kalian berada, sebab bacaan shalawat ini akan sampai padaku." (HR. Thabrani, Abu Ya'la dan Ibnu Abi Ashim)
"Perbanyaklah bacaan shalawat atasku pada malam dan hari Jumaat" (HR. Al-Bahaiqi)
Banyak nas-nas yang telah menjelaskan bentuk melakukan bacaan shalawat antara lain:
"Apabila kalian mendengar muadzin mengumandangkan adzan, maka katakanlah sebagaimana yang dikatakannya, kemudian bacalah shalawat. Barangsiapa yang melakukannya akan dihitung 10 kali, lalu mintalah kepada Allah darjat dan wasilah, sebab wasilah itu adalah suatu tempat di jannah yang tidak dianugerahkan untuk hamba-hamba yang lain kecuali seorang hamba diantara hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah orang itu. Barangsiapa yang meminta wasilah kepadaku, maka berhak atasnya mendapatkan syafa'at (dari Rasul)."
Dalam suatu atsar yang shahih dari Ibnu Abbas, Beliau berkata:
"Ya Allah kabulkanlah syafa'at yang besar dari nabi, tinggikanlah darjatnya setinggi-tingginya dan berikanlah apa yang dikehendakinya baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang Engkau berikan kepada Ibrahim dan Musa as."
Setiap bentuk kalimat yang di dalamnya terdapat pujian atas diri Rasul sesuai dengan lafaz sebagaimana yang terdapat pada hadis/atsar yang shahih, maka pujian itu dibolehkan dengan syarat sesuai dengan bentuk yang terdapat dalam nas/teks.
Maka berbalik kita kepada perayaan maulid ini, apakah perbuatan ini mempunyai dalil syara' atau tidak? Dengan kata lain orang-orang yang merayakan maulid atau memberi fatwa membolehkannya, apakah mereka bersandar kepada dalil syara' atau tidak?
1. Bila mereka bersandar kepada dalil, maka tidak ada yang perlu dipermaasalahkan lagi. Tapi bila mereka melakukannya atau menfatwakan kebolehannya kerana terpengaruh dengan kebiasaan orang-orang kafir maka mereka telah melakukan suatu dosa.
2. Jika mereka melakukan atau mefatwakan boleh dengan alasan hal itu dianggap suatu perbuatan baik, maka tindakan mereka itu termasuk bid'ah dan telah melakukan dosa.
3. Sedangkan bila mereka melakukannya bersandar kepada nas syara' dan berdasarkan ijtihad yang benar, maka perbuatannya termasuk umumnya ayat:
"Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkalah salam penghormatan kepadanaya"(QS. Al-Ahzab : 56)
dan ayat:
"Dan kami tinggikan bagimu(Muhammad) sebutan (nama)mu"(QS. Al-Anbiya':107)
serta hadits: "Bacalah shalawat atas diriku dimana saja kalian berada."